Tidak ada lagi yang tersisa bagi Juhro, kecuali pembuktian akan cintanya yang radikal kepada suaminya.
Nano telah aktif di teater sejak 1965 di kota kelahirannya, Cirebon, Jawa Barat. Setamatnya dari SMA pada 1967, ia melanjutkan kuliah di Akademi Teater Nasional Indonesia, ATNI, Jakarta, kemudian pada 1971 masuk ke Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara di Jakarta.